Sosiologi

Pertanyaan

Contoh perkembangan kreativitas peserta didik

1 Jawaban




  • Kreativitas dan Teori Belahan Otak

        Perkembangan kreativitas sangat erak kaitannya dengan perkembangan intelek/kognitif individu karena kreativitas sesungguhnya merupakan perwujudan dari pekerjaan otak. Fungsi otak sebelah kiri adalah berkaitan dengan pekerjaan-pekerjaan yang bersifat ilmiah, kritis, logis, linier, teratur, sistematis, terorganisir, beraturan, dan sejenisnya. Sedangkan fungsi otak sebelah kanan adalah berkenaan dengan kegiatan-kegiatan yang bersifat non linier, non verbal, holistic, humanistic, kreatif, mencipta, mendesain, bahkan mistik dan sejenisnya.

    Pengertian Kreativitas Secara Umum

    Barron (1982) mendefinisikan bahwa kreativitas adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru. Guilford (1970) menyatakan bahwa kreativitas mengacu pada kemampuan yang menandai cirri-ciri seorang kreatif. Utami Munandar (1992:47) mendefinisikan kreativitas adalah kemampuan yang mencerminkan kelancaran, keluwesan, orisinalitas dalam berpikir serta kemampuan untuk mengelaborasi sesuatu gagasan. Rogers mendefinisikan kreativitas sebagai proses munculnya hasil-hasil baru kedalam suatu tindakan (Utami Munandar, 1992:47). Drevdahl mendefinisikan kreativitas sebagai kemampuan untuk memproduksi komposisi dan gagasan-gagasan baru yang dapat berwujud aktivitas imajinatif atau sentesis yang mungkin melibatkan pembentukan pola-pola baru dan kombinasi dari pengalaman masa lalu yang dihubungkan dengan yang sudah ada pada situasi sekarang (Hurlock,1978).

        Berdasarkan berbagai definisi kreativitas di atas, maka definisi-definisi kreativitas dapat dikelompokan ke dalam empat kategori yaitu :

    Product

    Person

    Process

    Press

        Jadi, yang dimaksud dengan kreativitas adalah cirri-ciri khas yang dimiliki oleh individu yang menandai adanya kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang sama sekali baru atau kombinasi dari karya-karya yang telah ada sebelumnya menjadi suatu karya baru yang dilakukan melalui interaksi dengan lingkungannya untuk menghadapi permasalahan dan mencari alternative pemecahannya dengan cara-cara berpikir divergen.

    Pengertian Kreativitas Menurut Torrence

        Torrence medefinisikan kreativitas itu sebagai proses kemampuan memahami kesenjangan-kesenjangan atau hambatan-hambatan dalam hidupnya, merumuskan hipotesis-hipotesis baru, dan mengkomunikasikan hasil-hasilnya, serta sedapat mungkin memodifikasi dan menguji hipotesis-hipotesis yang yang telah dirumiskan.

    Pendekatan Terhadap Kreativitas

        Pendapat dalam studi kreativitas dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu pendekatan psikologis dan pendekatan sosiologis (Torrance, 1981; Dedi Supriadi, 1989). Pendekatan psikologis melihat kreativitas dari segi kekuatan-kekuatan yang ada dalam diri invidu sebagai faktor-faktor yang menetukan kreativitas. Clark menganggap bahwa kreativitas mencakup sintesis dari fungsi-fungsi sebagai berikut:

    Thinking

    Feeling

    Sensing

    Intuiting

        Adapun pendekatan sosiologis berasumsi bahwa kreativitas individu merupakan hasil dari proses interaksi social, di mana individu dengan segala potensi dan disposisi keperibadiannya dipengaruhi oleh lingkungan social tempat individu itu berada, yang meliputi ekonomi, politik, kebudayaan. Dan peran keluarga.

        Arieti (1976) mengemukakan beberapa faktor sosiologis yang kondusif bai perkembanagn kreativitas, yaitu:

    Tersedianya sarana-sarana kebudayaan.

    Keterbukaan terhadap keragaman cara berpikir.

    Adanya keleluasaan bagi berbagai media kebudayaan.

    Adanya toleransi terhadap pandangan-pandangan yang divergen.

    Adanya penghargaan yang memadai terhadap orang yang berprestasi.

    Perkembangan Kreativitas

        Perkembangan kreativitas merupakan perkembangan proses kognitif, maka kreativitas dapat ditinjau melalui proses perkembangan kognitif berdasarkan teori yang diajukan oleh Jean Piaget. Menurut Jean Piaget ada empat tahap perkembangan kognitif, yakni sebagai berikut:

    Tahap Sensori-metoris

        Tahap ini dialami pada usia 0-2 tahun. Pada tahap ini anak berada dalam suatu masa pertumbuhan yang ditandai oleh kecenderungan-kecenderungan sensori-motoris yang amat jelas. Serta pada tahap ini pula tindakan-tindakan anak masih berupa tindsakan-tindakan fisik yang bersifat refleksif, pandangannya terhadap obyek masih belum permanen, belum memiliki konsep tentang ruang dan waktu, belum memiliki konsep tentang sebab-akibat, bentuk permainannya masih merupakan pengulangan reflex-refleks, belum memiliki konsep tentang diri ruang dan belum memiliki kemampuan berbahasa.

Pertanyaan Lainnya