apa maksud dari padat karya dan padat modal
IPS
KevinSyachwani
Pertanyaan
apa maksud dari padat karya dan padat modal
2 Jawaban
-
1. Jawaban Prishella
Beda Antara Padat Karya & Padat ModalSejatinya, di atas kertas putih, pemerintah kita dari sejak zaman Pak Harto telah menggunakan pendekatan padat karya ini. Tapi memang dalam prakteknya, yang dijalankan sebagian besarnya adalah pendekatan padat modal. Anggarannya tinggi, namun solusinya bagi pemberdayaan aset SDM bangsa ini dirasakan masih minim. Supaya itu terjadi pada kita sebagai pribadi, langkah awal yang sangat penting di sini adalah memahami perbedaan antara kedua pendekatan itu lalu menggunakannya dalam praktek. Perbedaannya seperti apa? Leluhur kita, bangsa Indonesia, sebetulnya sudah punya rumusan yang bisa dipakai untuk menandai apakah kita menganut pendekatan padat karya atau padat modal. Rumusan yang saya maksudkan itu adalah Cipta-Rasa-Karsa dan Karya. Kalau kita sepakat untuk memahami rumusan itu sebagai mekanisme universal, maka penjelasan yang perlu kita tangkap adalah, padat karya itu berawal dari Cipta. Cipta adalah rumusan atau gambaran yang sudah Anda ciptakan di alam pikiran. "Segala kreasi manusia berawal dari kreasi mental", kata Covey. Dengan keunggulan, pengetahuan, pengalaman, dan resourceyang kita miliki dan dengan melihat kenyataan yang sudah kita baca, kira-kira apa yang ingin kita lakukan / perankan, atau bidang apa yang akan kita pilih? Self-employer, pemilik usaha, freelancer, cari pekerjaan lagi, atau apa? Ini semua adalah Cipta. Syarat agar Cipta kita bagus adalah pengetahuan diri ke dalam dan pengetahuan mengenai keadaan eksternal yang meliputi kita. Walaupun kita punya banyak data dan informasi mengenai dunia di luar sana, namun kalau kita gagal mengetahuai dunia di dalam diri kita, mungkin data dan informasi itu kurang berguna buat kita. Apa harus kita menunggu Cipta ini sempurna dulu baru kemudian kita jalankan? Idealnya memang begitu. Atau, kalau menyangkut kepentingan orang banyak memang lebih baik begitu. Tapi kalau yang terlibat hanya kita, tak perlu menunggu Cipta yang sangat sempurna. Jalankan lebih dulu apa yang sudah kita pikirkan. Toh, kehidupan ini akan mengajarkan kita nanti. "Cipta Tuhan" sendiri awalnya tidak sempurna tetapi kemudian disempurnakan oleh-Nya. Hanya, Cipta itu harus dibarengi dengan Rasa yang bagus (positive feeling and emotion). Ini antara lain: bahagia menjalaninya nanti, optimis menatap masa depan, memiliki motivasi yang tinggi dan positif, visualisasi kreatif yang membuat kita terus tersemangati, dan seterusnya. Tapi, Cipta dan Rasa saja belum cukup. Sebab itu, perlu kita munculkan Karsa yang kuat. Karsa adalah kehendak yang mendasari kita untuk menciptakan keputusan bertindak. Karsa adalah yang melahirkan kreasi mental menjadi kreasi fisik atau Karya. Intinya, padat karya itu adalah pendekatan yang kita pakai untuk berkreasi atau berprestasi (pengembangan-diri) yang berbasis pada PENGANDALAN-DIRI (mengasetkan SDM) lebih dulu. Bahwa dalam prosesnya nanti kita butuh berdoa kepada Tuhan, butuh orang lain, dan butuh modal, itu suatu keharusan alamiah. Ini beda dengan padat modal. Kalau yang ini, kita akan mengukur diri kita bukan dari aspek apa yang bisa kita lakukan, namun dari aspek jumlah uang yang kita miliki. Sampai pun uang itu kita miliki, seringkali tak membantu kita berkreasi. Lebih-lebih jika uang itu tak kita miliki. Seorang kawan dekat yang kebetulan telah merasakan berbagai bentuk kerjasama usaha, tiba-tiba kemarin ini memaparkan kesimpulan hidupnya. Katanya, membangun usaha yang paling nikmat dan yang paling mudah adalah ketika kita menggunakan modal yang kita miliki, berapapun jumlahnya, dan menggunakan kapasitas yang sudah ada di kita lalu menikmati dinamika dan progresitasnya, baru kemudian membuka kerjasama kalau sudah kokoh. Seorang pengusaha tingkat UKM yang saya kenal bijak mengungkapkan rahasia kenapa usahanya dulu pada krisis 1998 justru bagus di saat orang lain gulung tikar. Ternyata, mulainya dari cara pandang. Ia melihat pegawainya sebagai aset. Karena itu, ketika ada krisis, justru asetnya ini yang digenjot berproduksi dan mencari pasar lokal, bukan di-PHK. Itu mungkin pengalaman pribadi yang barangkali saja tidak cocok untuk diterapkan di semua keadaan. Tapi intinya adalah menggunakan pendekatan padat karya, mengasetkan SDM yang kita miliki, mengandalkan diri lebih dulu baru kemudian membutuhkan orang lain, rasa-rasanya lebih klop dengan hukum alam. -
2. Jawaban samuelronaldo
padat karya pembuatan dengan karya padat modat padat harga